(30) NURUL 'A'YUN

43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.

Senin, 13 Mei 2013

MBAH MUNIF GIRI KUSUMO MRANGGEN

سلسلة الشيخ الحج كياهي منيف زهري كيري كوسوما مراغكين الشيخ منيف بن الشيخ محمد زهري بن الشيخ زاهد بن الشيخ محمد هادي بن الشيخ طاهر بن الشيخ صادق بن الشيخ غزالي بن الشيخ ابو وسيدان بن الشيخ عبد الكريم بن الشيخ عبد الرشيد بن الشيخ سيف الدين ثاني الملقب كي اكغ فاندان اران 2 سونان تمبايات بن الشيخ سيف الدين اول الملقب كي اكغ فاندان اران 1 مولانا اسلام السيد عبد القادر بن مولانا اسحاق بن مولانا ابراهيم اسمرقندي بن السيد جمال الدين حسين بن السيد احمد شاة جلال الدين بن السيد عبد الله عظمت خان بن السيد عبد المالك بن السيد علوي بن السيد محمد صاحب مرباط بن السيد علي خالع قسم بن السيد علوي بن السيد محمد بن السيد علوي بن السيد عبيد الله بن السيد احمد المهاجر بن السيد عيسى الرومي بن السيد محمد النقيب بن السيد علي العريضى بن السيد جعفر الصادق بن السيد محمد الباقر بن السيد علي زين العابدين بن سيدنا الحسين بن سيدنا علي بن ابي طالب كرم الله وجه وابن فاطمة الزهراء البتول بنت سيد الرسول محمد صلى الله عليه وسلم بيد الفقير: نورامين بن عبد الرحمن بن محمد شربيني فناكون نالوم ساري جفارا

ANAK DURHAKA

20 Perilaku durhaka anak terhadap orang tua Sebagai anak seorang muslim, apakah yang kita lakukan / katakan terhadap orang tua kita sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Berikut ini rangkuman dari buku karangan Drs. M. Thalib yang berjudul ” 20 Perilaku durhaka anak terhadap orang tua” . semoga infomasi ini dapat menambah wawasan dan memperbaiki perilaku kita terhadap setiap orang tua yang kita temui. #Amin 1. Berbicara dengan kata – kata kasar. Tanda seseorang beradab adalah bertutur kata dengan kata – kata yang halus karena hal itu menunjukkan bahwa orangnya berbudi dan tahu kesopanan dan berjiwa halus. Terhadap orang yang lebih tua, seorang anak harus menunjukkan Dari Ibnu ‘Amr, dari Nabi SAW bersabda : “Keridlaan ALLAH ada dalam keridlaan ayah bunda dan kemurkaan-Nya ada dalam kemurkaan mereka ” (HR. Thabarani) Kata – kata kasar dan ucapan yang merendahkan terkadang berupa : • Bersuara tinggi atau keras ketika kita berbicara terhadap orang yang lebih tua • Menyuruh seseorang yang lebih tua dengan kata – kata yang kasar. Ex : meminta tolong tanpa mengatakan tolong “Bu, bukakan pintu” • Menyindir • Mengumpat • Mengata – ngatai seseorang yang lebih tua layaknya mengatai seorang pembantu • Membentak 2. Membuang muka Membuang muka ketika berbicara dengan orang lain merupakan perilaku yang merendahakan lawan bicara dan cerminan dari sifat tinggi hati sang pendengar / pembicara yang memalingkan muka. 3. Duduk mendahului orang tua Mendahulukan orang tua mengambil tempat duduk adalah hak orang tua yang harus dijunjung tinggi oleh anak dimana pun orang tua dan anak berada. 4. Menghardik Menghardik berarti membentak atau melontarkan kata – kata dengan nada suara yang keras. Menghardik dimaksudkan untuk menakut – nakuti atau meluruskan sebuah kesalahan bila yang bersalah lebih muda dalam umur dan statusnya. 5. Berkacak pinggang di depan orang tua Orang beradab tinggi selalu bersikap rendah hati terhadap orang lain. Salah satu tanda dari sikap tinggi hati adalah berkacak pinggang di hadapan orang lain karena merasa dirinya lebih hebat daripada orang lain. Berperasaan orang lain lebih rendah derajatnya atau hina daripada dirinya adalah suatu perbuatan yg sangat tercela dan dimurkai oleh ALLAH. Contoh merendahakan derajat orang lain adalah ” Saudara ini lulusan SD, apakah mungkin saudara mengerti benar dan salah dari perkara yang ada” . 6. Membelakangi Penjelasan sama dengan perilaku “membuaang muka” 7. Merendahkan Merendahkan dalam artian memandang orang lain lebih rendah derajatnya / kurang di mata kita. Merendahkan bisa berupa ucapan maupun perbuatan. Contoh kasus anak yang merendahkan orang tua : “Kalau tidak saya bantu setiap bulan, tentu ibu bapak tidak bisa hidup” Ucapan tersebut jelas – jelas merendahkan martabat orang tua karena memang sudah menjadi tanggung jawab serorang anak untuk membantu kehidupan ibu bapaknya. 8. Memaki 9. Mengingkari Nasab (garis keturunan) Dari Sa’id bin Abu Waqqash, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa menisbatkan dirinya kepada orang lain yang bukan bapaknya, padahal ia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka ia diharamkan untuk memasuki surga” (HR Bukhari dan Muslim)” . Nasab adalah Garis keturunan orang tua , anak, dan keturunan yang lainnya. sedangkan yang dimaksud dengan mengingkari Nasab adalah seseorang yang menolak dirinya sebagai keturunan dari orang tuanya atau sebaliknya orang tua yang mengingkari anaknya sebagi keturunannya. Seburuk apapun orang tua , sejahat apapun orang tua berprilaku terhadap anak , kita sebagi garis keturunannya tidak boleh sedikitpun mengingkari Nasab. 10. Mengubah wasiat orang tua QS. Al – Baqarah (2) Ayat 181 : فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ Maka barang siapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 2:181) Wasiat adalah pesan yang diberikan oleh orang tua atau seseorang semasa hidupnya untuk dilaksanakan oleh yang diberi pesan kelas sepeninggal pemberi wasiat. Orang tua sering kali meninggalkan pesan – pesan tertentu kepada anak dan keluarganya untuk kelak dilaksanakan oleh mereka sepeninggalnya. 11. Mengenyampingkan kepentingan orang tua. 12. Mengambil Harta orang tua tanpa hak 13. Menghina agama orang tua 14. Tidak mau mengurus orang tua yang telah lanjut usia 15. Melawan perintahnya 16. Pergi berjihad tanpa izin orang tua 17. Mendendam 18. Memasuki kamar pribadi orang tua pada 3 waktu terlarang tanpa izin Firman Allah dalam QS. An-Nur : 58 dan 59: (58): “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu[1]. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu[2]. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 19. Membiarkan orang tua menjadi budak Budak adalah sesorang yang dimiliki oleh orang lain laksana barang atau hewan yang kehilangan kebebasan atas dirinya dan tidak mempunyai kemauan bebas, sehingga dia hanya menjadi alat bagi kepentingan tuannya. 20. Membunuh QS An – Nisaa’ 93 : “Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam. Ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, mengutukinya, dan menyediakan adzab yang besar baginya.” Begitu dahsyatnya azab akibat durhaka kepada orang tua, Allah swt tidak menundanya di akhirat, tetapi azab itu disegerakan di dunia berupa kesengsaraan hidup selain azab itu ditimpakan pada saat sakratul maut dan juga di akhirat kelak. Durhaka tidak hanya terjadi di saat orang tua masih hidup tetapi juga bisa terjadi ketika orang tua telah wafat. Bagaimana seorang anak bisa durhaka kepada orang tua setelah mereka wafat? Mari kita simak sabda Nabi saw! Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka, karena ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tapi ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka setelah mereka wafat, karena memperbanyak istighfar (memohonkan ampunan) untuk mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112) Tolok Ukur durhaka kepada orang tua Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23). Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apa ukuran durhaka kepada orang tua? Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195) Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371) Tingkatan Dosa durhaka kepada orang tua Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416) Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360) Rasulullah saw bersabda: “…Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122) Akibat-akibat durhaka kepada orang tua Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat-akibat durhaka kepara orang tua antara lain: 1. Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263). 2. Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447) 3. Celaka di dunia dan akhirat Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan, dalam firman-Nya, anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563) 4. Dilaknat oleh Allah swt Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371) 5. Dikeluarkan dari keagungan Allah swt Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565) 6. Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263). 7. Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349). 8. Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263). 9. Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262). 10. Tidak akan mencium aroma surga Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501) 11. Penderitaan saat Saktatul maut Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya: Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci. Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: 'Apakah pemuda ini masih punya ibu?' Sang ibu menjawab: 'Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.' Rasulullah saw bertanya lagi: 'Apakah Anda murka padanya?' Sang ibu menjawab: 'Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.' Rasulullah saw bersabda: 'Ridhai dia!' Sang ibu berkata: 'Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.' Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh. Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh. Rasulullah saw bertanya pemuda itu: 'Apa yang kamu lihat tadi?' Sang pemuda menjawab: 'Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.' Lalu Nabi saw membimbingnya untuk mengucapkan doa: 'Yâ May yaqbilul yasîr wa ya’fû ‘anil katsîr, iqbal minnil yasîr wa’fu ‘annil katsîr, innaka Antal Ghafûrur Rahîm.' ('Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.' 1) Sang pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: 'Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?' Sang pemuda menjawab: 'Sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku.' Nabi saw bersabda: 'Perhatikan lagi!' Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: 'Sekarang apa yang kamu lihat?' Sang pemuda menjawab: 'Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku.' (Bihârul Anwâr 75: 456).

CERPEN KANG AMIN

Cerpen : KANG AMIN Ketika itu siang-siang bolong Ahad pahing 28 april 2013 12 jumadil awwal 1434 para kyai akan menunaikan tugasnya sendiri-sendiri ada yang mengajar ada yang mengimami ada yang menunggu sif-sifan di kantor tiba-tiba kyai Marwoto (kyai ma’had)datang menemui kyai Zulfa (kyai Humas) mereka sekitar lima menit besengak-besengik entah apa yang di bicarakan ech jebulan ada niatan baik yaitu membezuk anak sakit sekaligus menjadi santri madrasah dan ma’had Qudsiyyah MILZAM MUHKTAR anak dari daerah Ungaran semarang. Setelah ada keputusan dan kesepakatan dua kyai tersebut mereka menoleh kepada Kang Amin untuk ikut serta dalam pembezukan kenapa kang Amin disuruh ikut…..ee jebule dia pelayan penggarap raport kenang Milzam dan pelayan ilmu TOTO KROMO di ma’hadnya. Pak slamet di ajak sisan biar selamet kata Kang Amin…monggo kumpul di Aliyah ya…(kata kyai Marwoto) namun kyai slamet pulang dulu untuk mengantar pulang anak beliau sekaligus ada permintaan di ampiri kalau jadi pergi kesemarang. Wong kesepakatan berangkat pukul 11.30 wib Kang Amin tafakkur mosok pergi nyakang lebih baik pulang dulu bilang sama istri dan sholat dhuhur dulu baru berangkat usai sholat kang Amin menuju Aliyah Mobil sudah siap setelah kang Amin memakirkan kendaraannya dalam lokasi disitu sudah ditunggu kyai NI’AM (kyai sopir) dan kyai kharis(kyai boss) sebentar menunggu kyai Zulfa yang belum datang mungkin sholat dulu ech ternyata benar gentewang-gentewang muncullah beliau koq terlambat (tanya kanga amin) lagi bar sholat (jawab kyai Zulfa).berangkatlah sekitar jam 12.30 wib sementara didalam mobil(inventaris yapiq) di depan ada kyai Ni’am dan kyai marwoto di tengah ada kyai Zulfa dan Kang Amin dan dibelakang ada kyai kharis meluncurlah mobil menuju tempat kyai slamet sebenarnya kyai marwoto minta kepada kyai selamet supaya menunggu di pinggir jalan arah jalur tapi kayi slamet minta sampai yang dimaksud…wes jemput wae kyai kan kudu di jemput ( kata kyai Zulfa)kira-kira sampai rumah jam berapa? Tanya kyai zulfa . kira-kira maghrib jawab kyai marwoto. Ooo gak sampai apalagi kalau sampai jember putar balik… jawab kyai Ni’am. sampai ditempat kyai slamet sudah berdiri disana kyai slamet dengan pakaian batik kuning atas dan celana biru bawah kalau kyai zulfa memang masih pakai seragam hari senin kalau kyai marwoto pakai sarung dan koko putih identitas kyai ma’had kalau kyai Ni’am pakain kaos hitam bebas agar leluasa dalam menyetir menekan mengerim tanpa ada kendala adapun kalau kyai kharis pakai celana dan baju putih natural layaknya boss kalau kang Amin juga pakai celana ungu kemeja biru dilengkapi jaket identitas sekolah QUDSIYYAH Bismillah tawakkaltu alallah lahaula wala quwwata illa billah……..berangkat selamat……….baru sampai demak rasanya perut lapar memang tadinya belum makan siang mampir ke rumah makan H. Ismun 2 setelah makan yang donyan rokok diberi rokok yang gak kulino sebagai gantinya adalah permen hexos berangkat lagi diantara ngantuk dan tidur kami udah sampai RSUD ungaran kami masuk keruangan dalam pembezukan kami bisa bercanda ria bersama anak dan keluarga yang sakit setelah selesai kami minta pamit atas nama wakil dari madrasah Kyai Z ulfa dan atasnama Ma’had Kyai Marwoto dipimpin Do’a Kyai slamet priyadi semoga diberi Allah lekas Sembuh…kyai Ni’am sudah siap dengan mobilnya meluncur pulang sampai didemak tiba-tiba kyai marwoto ada usulan mampir makan BEBEK BAKAR langsung semuanya setuju karena Bos kharis sudah siap dalam perjalanan tiba-tiba kyai Zulfa memberikan pertanyaan sebagai bedekan “ BEBEK SING MARAI ENAK APANE ? tebakan ini kyai marwoto menjawab dagingnya ,kyai ni’am menjawab bumbunya dan kang Amin berkata NANTI AJA KALO BENER KITA JADI JAJAN BEBEK BAKAR TANYA PADA YANG JUALAN setelah bener mobil di enggoke ke RM.BEBEK BAKAR PAK SLAMET CABANG SUROKARTO APA KARTOSURO kyai marwoto tanya pada mbak yang melayani di warung itu “ bebek itu yang enak apanya nbak????? Ya enak semuanya jawabnya …ya salahhhhh kata kyai zulfa . semua masih penasaran apa ya jawabannya…… setelah weteng podo wareg koyo wong ngumbe arak kyai zulfa entah sadar apa gak memberitahu tebakannya dengan berkata : BEBEK SING ENAK IKU BE NE KALO GAK ADA HURUF BENE MENJADI EEEEKKKKK……HUUWWEEK…..SEMUANYA KETAWA MUKOOOKKKKK……bos kharis membayar semuanya berangkatlah mobil …baru aja masuk kyai ZULFA celoteh lagi “ ALHAMDULILLAH DURUNG MAGHRIB WES TEKAN OMAH perkiraan beliau kalo terus pulang sampe kudus belum maghrib karena di demak baru jam 4 sore selanjutnya kang Amin menjawab “ojo kesusu durung maghrib wes tuk kudus iki ejeh nok demak” pak amin njaluk shilah ke mbah suna kali kata kyai slamet” ngene lho pak slamet mou kan gak sido ziarah ke mbah hasan munadi mbah hasan dipuro ungaran dadi njaluk ziarah mbah sunan kalijaga kata kang Amin” terus kyai ni’am bingung ziarah apa langsung tancep kekudus tiba-tiba mobil berhenti dibelakang truk dekat lampu merah arah belok ke mbah sunan kali terus kyai marwoto ngomando “ayo zirah disik” jadinya ziarah dulu parkir didekat masjid mbah sunan kali dan sholat asar dulu diimami kyai Zulfa langsung menuju ziarah yang di ngarepi kang Amin dan do’anya kyai slamet setelah ziarah sambil menunggu bos kharis yang rupanya terlambat kami duduk pinggir tempat parkiran kang amin mencoba melihat-lihat sekeliling rumah termasuk rumah mbah sepuh keturunan sunan kali sementara kyai marwoto kyai niam dan bos kharis menyelesaikan minum wedang rondenya jam lima dari demak ALHAMDULILLAH SAMPAI KUDUS USAI MAGHRIB PERSIS…..begitulah dalam cerita pendek kami kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi baik yang kelihatan enak atau musibah selamat atau bahagia susah nan nestapa taqdir sudah ditentukan di AZALI semua tercocokkan dalam kehidupan hambannya di alamnya MANUSO SAK DERMO NGLAKONI PANDUDUME GUSTI KANG MURBENG DUMADI “ WAMAN YATAWAKKAL ALALLAH FAHUWA HASBUH INNALLAHA BALIGHU AMRIH QADJAALALLAH LIKULLI SYAI’IN QADROO………….

ASWAJA

KH As'ad Sayamsul Arifin[1] (KH As’ad Syamsul Arifin adalah pelaku sejarah berdirinya NU, beliaulah yang menjadi media penghubung dari KH Kholil Bangkalan yang memberi isyarat agar KH Hasyim Asyari mendirikan Jamiyah Ulama [akhirnya bernama Nahdlatul Ulama]. Pidato ini awalnya berbahasa Madura dan berikut adalah translit selengkapnya) Assalamualaikum Wr. Wb Yang akan saya sampaikan pada anda tidak bersifat nasehat atau pengarahan, tapi saya mau bercerita kepada anda semua. Anda suka mendengarkan cerita? (Hadirin menjawab: Ya). Kalau suka saya mau bercerita. Begini saudara-saudara. Tentunya yang hadir ini kebanyakan warga NU, ya? Ya? (Hadirin menjawab: Ya). Kalau ada selain warga NU tidak apa-apa ikut mendengarkan. Cuma yang saya sampaikan ini tentang NU, Nahdlatul Ulama. Karena saya ini orang NU, tidak boleh berubah-ubah, sudah NU. Jadi saya mau bercerita kepada anda mengapa ada NU? tentunya muballigh-muballigh yang lain menceritakan isinya kitab. kalau saya tidak. Sekarang saya ingin bercerita tentang kenapa ada NU di Indonesia, apa sebabnya? Tolong didengarkan ya, terutama para pengurus, pengurus Cabang, MWC, Ranting, kenapa ada NU di Indonesia. Begini. Umat Islam di Indonesia ini mulai kira-kira 700 tahun dari sekarang, kurang lebih, para auliya', pelopor-pelopor Rasulullah Saw ini yang masuk ke Indonesia membawa syariat Islam menurut aliran salah satu empat madzhab, yang empat. Jadi, Ulama, para auliya', para pelopor Rasulullah Saw masuk ke Indonesia pertama kali yang dibawa adalah Islam menurut orang sekarang Islam Ahlisunah wal jamaah, syariat Islam dari Rasulullah saw yang beraliran salah satu empat madzhab. Khususnya Madzhab Syafi'i. Ini yang terbesar yang ada di Indonesia. Madzhab-madzhab yang lain juga ada. ini termasuk Islam Ahlisunnah wal jamaah. Termasuk yang dibawa Walisongo, yang dibawa Sunan Ampel, termasuk Raden Asmoro ayahanda Sunan Ampel, termasuk Sunan Kalijogo, termasuk Sunan Gunung Jati. Semua ini adalah ulama-ulama pelopor yang masuk ke Indonesia, yang membawa syariat Islam Ahlisunnah wal jamaah. Kira-kira tahun 1920, waktu saya ada di Bangkalan (Madura), di pondok Kyai Kholil. Kira-kira tahun 1920, Kyai Muntaha Jengkebuan menantu Kyai Kholil, mengundang tamu para ulama dari seluruh Indonesia. Secara bersamaan tidak dengan berjanji datang bersama, sejumlah sekitar 66 ulama dari seluruh Indonesia. Masing-masing ulama melaporkan: "Bagaimana Kyai Muntaha, tolong sampaikan kepada Kyai Kholil, saya tidak berani menyampaikannya. ini semua sudah berniat untuk sowan kepada Hadlratusy Syaikh. Ini tidak ada yang berani kalau bukan anda yang menyampaikannya". Kyai Muntaha berkata: "Apa keperluannya?". Begini, sekarang ini mulai ada kelompok-kelompok yang sangat tidak senang dengan ulama Salaf, tidak senang dengan kitab-kitab ulama Salaf. Yang diikuti hanya Quran dan Hadis saja. Yang lain tidak perlu diikuti. Bagaimana pendapat pelopor-pelopor Walisongo karena ini yang sudah berjalan di Indonesia. Sebab rupanya kelompok ini melalui kekuasaan pemerintah Jajahan, Hindia Belanda. tolong disampaikan pada Kyai Kholil." Sebelum para tamu sampai ke kediaman Kyai Kholil dan masih berada di Jengkuban, Kyai Kholil menyuruh Kyai Nasib: "Nasib, Kesini! Bilang kepada Muntaha, di Quran sudah ada, sudah cukup: يُرِيدُونَ أَن يُطْفِؤُواْ نُورَ اللّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّهُ إِلاَّ أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿٣٢﴾ "Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai" (at-Taubat: 32) Jadi kalau sudah dikehendaki oleh Allah Ta'ala, maka kehendaknya yang akan terjadi, tidak akan gagal. Bilang ya kepada Muntaha". Jadi para tamu belum sowan sudah dijawab oleh Kyai (Kholil). Ini karomah saudara, belum datang sudah dijawab keperluannya. Jadi para ulama tidak menyampaikan apa-apa, Cuma bersalaman. "Saya puas sekarang" kata Kyai Muntaha. Jadi saya belum sowan, sudah dijawab hajat saya ini. Tahun 1921-1922 ada musyawarah di Kawatan (Surabaya) di rumah Kyai Mas Alwi. Ulama-ulama berkumpul sebanyak 46, bukan 66. Tapi hanya seluruh Jawa, bermusyawarah termasuk Aba saya (KH Syamsul Arifin), termasuk Kyai Sidogiri, termasuk Kyai Hasan almarhum, Genggong, membahas masalah ini, seperti apa, seperti apa… Dari Barat Kyai Asnawi Qudus, Ulama-ulama Jombang semua, Kyai Thohir, para kyai berkata… Tidak ada jadinya, tidak ada kesimpulan. Sampai tahun 1923, kata kyai satu: "Mendirikan Jamiyah (organisasi)", kata yang lain: "Syarikat Islam ini saja diperkuat". Kata yang lain: "Organisasi yang sudah ada saja". Belum ada NU. (Sementara) yang lain sudah merajalela. Tabarruk-tabarruk sudah tidak boleh. Orang minta berkah ke Ampel sudah tidak boleh. Minta syafaat ke nenek moyang sudah tidak boleh. Ini sudah tidak dikehendaki. Sudah ditolak semua oleh kelompok-kelompok tadi. Seperti apa bawaan ini… Kemudian ada satu ulama yang matur sama kyai: "Kyai saya menemukan satu sejarah tulisan sunan Ampel. Beliau menulis seperti ini… (Kyai As'ad berkata: Kalau tidak salah ini kertas tebal. Saya masih kanak-kanak. Belum dewasa hanya mendengarkan saja)… : "Waktu saya (Sunan Ampel Raden Rahmatullah) mengaji ke paman saya di Madinah, saya pernah pernah bermimpi bertemu Rasulullah, seraya berkata kepada saya (Raden Rahmat): "Islam Ahlisunnah wal Jamaah ini bawa hijrah ke Indonesia. Karena di tempat kelahirannya ini sudah tidak mampu melaksanakan Syariat Islam Ahlisunnah wal Jamaah. Bawa ke Indonesia". Jadi di Arab sudah tidak mampu melaksanakan syariat Islam Ahlisunnah wal Jamaah. Pada zaman Maulana Ahmad, belum ada istilah Wahabi, belum ada istilah apa-apa. Ulama-ulama Indonesia ditugas melakukan wasiat ini. Kesimpulannya mari Istikharah. Jadi ulama berempat ini melakukannya. Ada yang ke Sunan Ampel. Ada yang ke Sunan Giri. Dan ke sunan-sunan yang lain. Paling tidak 40 hari. Ada 4 orang yang ditugas ke Madinah. Akhirnya, tahun 1923 semua berkumpul, sama-sama melaporkan. Hasil laporan ini tidak tahu siapa yang megang. Apa Kyai Wahab, apa Kyai Bisri. Insyaallah ada laporan lengkapnya. Dulu saya pernah minta sama Gus Abdurrahman dan Gus Yusuf supaya dicari. Sesudah tidak menemukan kesimpulan. Tahun 1924, Kyai (Kholil) memanggil saya. Ya saya ini. Saya tidak bercerita orang lain. Saya sendiri. Saya dipanggil: "As'ad, kesini kamu!" Asalnya saya ini mengaji di pagi hari, dimarahi oleh kyai, karena saya tidak bisa mengucapkan huruf Ra'. Saya ini pelat (cadal). Arrahman Arrahim… Kyai marah: "Bagaimana kamu membaca al-Quran kok seperti ini? Disengaja apa tidak?!". "Tidak saya sengaja Kyai. Saya ini pelat." Kyai kemudian keluar… (Kyai Kholil melakukan sesuatu)… Kemudian esok harinya pelat saya ini hilang. Ini salah satu kekeramatan Kyai yang diberikan kepada saya. Kedua, saya dipanggil lagi: "Mana yang cadal itu? Sudah sembuh cadalnya?". "Sudah Kyai". "Kesini. Besok kamu pergi ke Hasyim Asyari Jombang. Tahu rumahnya?". "Tahu". "Kok tahu? Pernah mondok disana?". "Tidak. Pernah sowan". "Tongkat ini antarkan, berikan pada Hasyim. Ini tongkat kasihkan". "Ya, kyai". "Kamu punya uang?". "Tidak punya, kyai". "Ini". Saya diberikan uang ringgit, uang perak yang bulat. Saya letakkan di kantong. Tidak saya pakai. Sampai sekarang masih ada. Tidak beranak, tapi berbuah (berkah). Beranaknya tidak ada. Kalau buahnya banyak. Saya simpan. Ini berkah. Ini buahnya. Setelah keesokan harinya saya mau berangkat, saya dipanggil lagi: "Kesini kamu! Ada ongkosnya?". "Ada, kyai". "Tidak makan kamu? Tidak merokok kamu? Kamu kan suka merokok?". Saya dikasih lagi 1 ringgit bulat. Saya simpan lagi. Saya sudah punya 5 Rupiah. Uang ini tidak saya apa-apakan.Masih ada sampai sekarang. Kyai keluar: "Ini (tongkat) kasihkan ya… (Kyai Kholil membaca surat Thaha: 17-21)… وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١﴾ "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula" Karena saya ini namanya masih muda. Masih gagah. Sekarang saja sudah sudah keriput. Gagah pakai tongkat dilihat terus sama orang-orang. Kata orang Arab Ampel "Orang ini gila. Muda pegang tongkat". Ada yang lain bilang: "Ini wali". Wah macam-macam perkataan orang. Ada yang bilang gila. Ada yang bilang wali. Saya tidak mau tahu. Saya hanya disuruh kyai. Wali atau tidak, gila atau tidak terserah kamu. Saya terus berjalan. Saya terus diolok-olok, gila. Karena masih muda pakai tongkat. Jadi perkataan orang tidak bisa diikuti. Rusak semua. yang menghina terlalu parah. Yang memuji juga keterlaluan. Wali itu, kok tahu? Jadi ini ujian. Saya diuji oleh Kyai. Saya terus jalan. Sampai di Tebuireng, (Kyai Hasyim bertanya): "Siapa ini?". "Saya, Kyai". "Anak mana?". "Dari Madura, Kyai". "Siapa namanya?". "As'ad". "Anaknya siapa?". "Anaknya Maimunah dan Syamsul Arifin". "Anaknya Maimunah kamu?". "Ya, Kyai". "Keponakanku kamu, Nak". "Ada apa?". "Begini Kyai, saya disuruh Kyai (Kholil) untuk mengantar tongkat". "Tongkat apa?" "Ini, Kyai". "Sebentar, sebentar…" Ini orang yang sadar. Kyai ini pintar. Sadar, hadziq (cerdas). "Bagaimana ceritanya?" Tongkat ini tidak langsung diambil. Tapi ditanya dulu mengapa saya diberi tongkat. Saya menyampaikan ayat…. وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١﴾ "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula" "Alhamdulillah, Nak. Saya ingin mendirikan Jamiyah Ulama. Saya teruskan kalau begini. Tongkat ini tongkat Nabi Musa yang diberikan Kyai Kholil kepada saya" Inilah rencana mendirikan Jamiyah Ulama. Belum ada Nahdlatul Ulama. Apa katanya? Saya belum pernah mendengar kabar berdirinya Jamiyah Ulama. Saya tidak mengerti. Setelah itu saya mau pulang. "Mau pulang kamu?". "Ya, Kyai". "Cukup uang sakunya?" "Cukup, Kyai" "Saya cukup didoakan saj, Kyai". "Ya, mari… Haturkan sama Kyai, bahwa rencana saya untuk mendirikan Jamiyah Ulama akan diteruskan". Inilah asalnya Jamiyatul Ulama. Tahun 1924 akhir, saya dipanggil lagi oleh Kyai Kholil. "As'ad, kesini! Kamu tidak lupa rumahnya Hasyim?" "Tidak, Kyai". "Hasyim Asy'ari?" "Ya, Kyai" "Dimana rumahnya". "Tebuireng". "Darimana asalnya?" "Dari Keras (Jombang). Putranya Kyai Asyari Keras". "Ya, benar. Dimana Keras?". "Di baratnya Seblak". "Ya, kok tahu kamu?" "Ya, Kyai". "Ini tasbih hantarkan" "Ya, Kyai". Kemudian diberi uang 1 Ringgit dan rokok. Saya kumpulkan. Semuanya menjadi 3 Ringgit dengan yang dulu. Tidak ada yang saya pakai. Saya ingin tahu buahnya. Terus, pagi hari Kyai keluar dari Langgar. "Kesini, makan dulu!" "Tidak, Kyai. Sudah minum wedang dan jajan". "Darimana kamu dapat?" "Saya beli di jalan, Kyai" "Jangan membeli di jalan! Jangan makan di jalan! Santri kok makan di jalan?" "Ya, Kyai". Saya makan di jalan dimarahami. Santri kok menjual harga dirinya? Akhirnya saya ditanya: "Cukup itu?" "Cukup, Kyai" "Tidak!" Diberi lagi oleh Kyai. Dikasih lagi 1 Ringgit. Saya simpan lagi. Kemudian tasbih itu dipegang ujungnya: "Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar". Jadi Ya Jabbar 1 kali putaran tasbih. Ya Qahhar 1 kali putaran tasbih. Saya disuruh dzikir … "Ini" Disuruh ambil. Saya tengadahkan leher saya. "Kok leher?" "Ya, Kyai. Tolong diletakkan di leher saya supaya tidak terjatuh". "Ya, kalau begitu". Jadi saya berkalung tasbih. Masih muda berkalung tasbih. Saya berjalan lagi, bertemu kembali dengan yang membicarakan saya dulu. "Ini orang yang megang tongkat itu?" "Wah.. Hadza majnun". Ada yang bilang "wali", ya seperti tadi. Jadi saya tidak menjawab. Saya tidak bicara kalau belum bertemu Kyai. Saya berpuasa. Saya tidak bicara, tidak makan, tidak merokok, karena amanatnya Kyai. Saya tidak berani berbuat apa-apa. Sebagaimana kepada Rasulullah, ini kepada guru. Saya tidak berani. Saya berpuasa. Saya tidak makan, tidak minum tidak merokok. Tidak terpakai uang saya. Ada yang narik "karcis! karcis!" Saya tidak ditanya. Saya piker ini karena tasbih dan tongkat. Saya pura-pura tidur karena tidak punya karcis. Jadi selama perjalanan 2 kali saya tidak pernah membeli karcis. Mungkin karena tidak melihat saya. Ini sudah jelas keramatnya kyai. Jadi Auliya' itu punya karomah. Saya semakin yakin dengan karomah. Saya semakin yakin. Saya lalu sampai di Tebuireng, Kyai tanya: "Apa itu?" "Saya mengantarkan tasbih" "MasyaAllah, MasyaAllah. Saya diperhatikan betul oleh guru saya. Mana tasbihnya?" "Ini, Kyai" (dengan menjulurkan leher). "Lho?" "Ini, Kyai. Tasbih ini dikalungkan oleh Kyai ke leher saya, sampai sekarang saya tidak memegangnya. Saya takut su'ul adab (tidak sopan) kepada guru. Sebab tasbih ini untuk anda. Saya tidak akan berbuat apa-apa terhadap barang milik anda". Kemudian diambil oleh Kyai. "Apa kata Kyai?". "Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar". "Siapa yang berani pada NU akan hancur. Siapa yang berani pada ulama akan hancur". Ini dawuhnya. Pada tahun 1925, Kyai Kholil wafat tanggal 29 Ramadhan. banyak orang berserakan. Akhirnya pada tahun 1926 bulan Rajab diresmikan Jamiyatul Ulama. Ini sudah dibuat, organisasi sudah disusun. Termasuk yang menyusun adalah Kyai Dahlan dari Nganjuk, yang membuat anggaran dasar. Kemudian para ulama sidang lagi untuk mengutus kepada gubernur jenderal. Ya, seperti itulah yang dapat saya ceritakan…